PELAPISAN SOSIAL
MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata kuliah Pendidikan Agama
Islam
FAKULTAS
KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS
SILIWANGI
TASIKMALAYA
2011
KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat
Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Pelapisan sosial”.
Shalawat serta salam semoga tercurah
limpahkan kepada Nabi besar kita yakni Nabi Muhammad SAW.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah kesehatan reprodiksi. Kami menyadari sepenuhnya bahwa isi dari
makalah ini masih banyak kekurangan. Untuk itu kami sangat berharap masukan dan
saran yang mudah-mudahan bisa menyempurnakan kekurangan yang terdapat dalam
makalah ini.
Kami ucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Ibu Nurlina SKM.Mkes yang telah memberikan tugas
makalah ini dan memberikan pengarahan serta dorongan kepada kami sehingga dapat
terselesaikanya makalah ini.
Terakhir penulis hanya berharap mudah-mudahan
makalah ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.
Tasikmalaya, ………………….
Penulis
PELAPISAN
SOSIAL
A.
Pelapisan Sosial
Pelapisan sosial atau stratifikasi sosial (social stratification)
adalah pembedaan atau pengelompokan para anggota masyarakat secara
vertikal (bertingkat).
-Stratifikasi sosial menurut Pitirim A. Sorokin adalah perbedaan penduduk/masyarakat
ke dalam lapisan-lapisan kelas secara bertingkat (hirarkis).
-Stratifikasi sosial menurut Drs. Robert M.Z. Lawang adalah penggolongan
orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam
lapisan-lapisan hirarkis menurut dimensi kekuasaan, privilese dan prestise.
Dasar-dasar pembentukan pelapisan sosial
Ukuran atau
kriteria yang menonjol atau dominan sebagai dasar pembentukan pelapisan
sosial adalah sebagai berikut :
1.
Ukuran
kekayaan
2.
Ukuran
kekuasaan dan wewenang
3.
Ukuran
kehormatan
4.
Ukuran
ilmu pengetahuan
Dalam pandangan
Islam, semua manusia adalah ciptaan Allah. Semua mempunyai kedudukan yang sama
di hadapan-Nya. Yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling bertaqwa.
Allah SWT berfirman:
"...
Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu adalah yang paling bertaqwa di
antara kamu. ...". (QS Al Hujurat:15)
Islam sangat
memperhatikan akhlak atau perilaku yang baik terhadap orang lain.Umat Islam
diperintahkan untuk menghormati orang yang mempunyai keutamaan, apakah itu
kekuasaan, ilmu, kekayaan, dan kehormatan, bila semua itu dalam konteks ketaqwaan.
- Penguasa yang adil sangat dimuliakan dalam Islam. Kita harus taat padanya.
- Orang yang berilmu ('alim) sangat dimuliakan dalam Islam. Kita harus
menghormatinya.
- Orang kaya yang dermawan, mempunyai kedudukan yang mulia dalam Islam. Kita
harus menghormatinya.
- Orang yang berjasa kepada masyarakat, mempunyai kedudukan yang mulia dalam
Islam. Kita harus menghormatinya.
Itu artinya, adanya
stratifikasi sosial dalam masyarakat merupakan hal yang wajar. Karena anggota
masyarakat mempunyai perbedaan kelebihan.
B. Pengertian
Status Sosial
Status
merupakan perwujudan atau pencerminan dari hak dan kewajiban individu dalam
tingkah lakunya. Status sosial sering pula disebut sebagai kedudukan atau
posisi, peringkat seseorang dalam kelompok masyarakatnya. Pada semua sistem
sosial, tentu terdapat berbagai macam kedudukan atau status, seperti anak,
isteri, suami, ketua RW, ketua RT, Camat, Lurah, Kepala Sekolah, Guru dsb.
Dalam teori
sosiologi, unsur-unsur dalam sistem pelapisan masyarakat adalah kedudukan
(status) dan peranan (role). Kedua unsur ini merupakan unsur baku dalam
pelapisan masyarakat. Kedudukan dan peranan seseorang atau kelompok memiliki
arti penting dalam suatu sistem sosial. Sistem
sosial adalah pola-pola yang mengatur hubungan timbal balik dan tingkah laku
individu-individu dalam masyarakat dan hubungan antara individu dan
masyarakatnya.
1.
Cara
Memperoleh Status
Cara-cara
memperoleh status atau kedudukan adalah sbb:
a.
Ascribed Status adalah keuddukan
yang diperoleh secara otomatis tanpa usaha. Status ini sudah
diperoleh sejak lahir.
Contoh:
Jenis kelamin, gelar kebangsawanan, keturunan, dsb.
b.
Achieved Status adalah kedudukan
yang diperoleh seseorang dengan disengaja.
Contoh:
kedudukan yang diperoleh melalui pendidikan guru, dokter, insinyur, gubernur,
camat, ketua OSIS dsb.
c. Assigned Status merupakan kombinasi dari perolehan
status secara otomatis dan status melalui usaha. Status ini diperolah melalui
penghargaan atau pemberian dari pihak lain, atas jasa perjuangan sesuatu untuk
kepentingan atau kebutuhan masyarakat.
Contoh: gelar
kepahlawanan, gelar pelajar teladan, penganugerahan Kalpataru dsb.
2.
Akibat
yang Ditimbulkan Status Sosial
Kadangkala seseorang/individu dalam masyarakat
memiliki dua atau lebih status yang disandangnya secara bersamaan. Apabila
status-status yang dimilikinya tersebut berlawanan akan terjadi benturan atau
pertentangan. Hal itulah yang menyebabkan timbul apa yang dinamakan Konflik Status.
Jadi akibat yang ditimbulkan dari status sosial seseorang adalah timbulnya
konflik status.
Macam-macam
Konflik Status:
a.
Konflik Status bersifat Individual:
Konflik
status yang dirasakan seseorang dalam batinnya sendiri.
Contoh: - Seorang wanita harus memilih sebagai wanita
karier atau ibu rumah tangga.
-
Seorang anak harus memilih
meneruskan kuliah atau bekerja.
b.
Konflik Status Antar Individu:
Konflik
status yang terjadi antara individu yang satu dengan individu yang lain, karena
status yang dimilikinya.
Contoh: - Perebutan warisan antara dua anak dalam
keluarga
- Tono berantem dengan Tomi gara-gara sepeda motor yang dipinjamnya dari kakak mereka.
c. Konflik
Status Antar Kelompok:
Konflik
kedudukan atau status yang terjadi antara kelompok yang satu dengan kelompok
yang lain. Contoh: Peraturan yang dikeluarkan satu departemen bertentangan dengan peraturan departemen
yang lain. DPU (Dinas Pekerjaan Umum) yang punya tanggung jawab terhadap
jalan-jalan raya, kadang terjadi konflik dengan PLN (Perusahaan LIstrik Negara)
yang melubangi jalan ketika membuat jaringan listrik baru. Pada waktu membuat
jaringan baru tersebut, kadangkala pula berkonflik dengan TELKOM karena merusak
jaringan telpon dan dengan PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) karena
membocorkan pipa air. Keempat Instansi tersebut akan saling berbenturan dalam
melaksanakan statusnya masing-masing.
C. Peranan Sosial
Peranan
merupakan aspek dinamis dari suatu status (kedudukan). Apabila seseorang
melaksanakan hak-hak dan kewajibannya sesuai dengan status yang dimilikinya,
maka ia telah menjalankan peranannya. Peranan adalah tingkah laku yang
diharapkan dari orang yang memiliki kedudukan atau status. Antara kedudukan dan
peranan tidak dapat dipisahkan. Tidak ada peranan tanpa kedudukan. Kedudukan
tidak berfungsi tanpa peranan.
Peranan merupakan hal yang sangat penting bagi seseorang, karena dengan
peranan yang dimilikinya ia akan dapat mengatur perilaku dirinya dan orang
lain. Seseorang dapat memainkan beberapa peranan sekaligus pada saat yang sama,
seperti seorang wanita dapat mempunyai peranan sebagai isteri, ibu, karyawan
kantor sekaligus. Konflik peranan timbul apabila seseorang harus memilih
peranan dari dua atau lebih status yang dimilikinya. konflik peranan timbul
ketika seseorang dalam keadaan tertekan, karena merasa dirinya tidak sesuai
atau kurang mampu melaksakan peranan yang diberikan masyarakat kepadanya.
Akibatnya, ia tidak melaksanakan peranannya dengan ideal/sempurna.
Peranan sosial dapat mencakup tiga hal berikut:
1.
Peranan meliputi norma-norma yang berhubungan dengan
posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat Contoh : Sebagai seorang pemimpin
harus dapat menjadi panutan dan suri teladan para anggotanya, karena dalam diri
pemimpin tersebut tersandang aturan/norma-norma yang sesuai dengan posisinya.
2.
Peranan merupakan konsep tentang apa yang dapat
dilakukan oleh individu dalam masyarakat Contoh : seorang ulama, guru dan
sebagainya, harus bijaksana, baik hati, sabar, membimbing dan menjadi panutan
bagi para muridnya.
3.
Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu
yang penting bagi struktur
sosial masyarakat Contoh : Suami, isteri, karyawan, pegawai negeri, merupakan
peranan dalam masyarakat yang membentuk struktur/susunan masyarakat.
Fungsi peranan
sosial, antara lain:
1. Peranan yang dimainkan seseorang dapat mempertahankan
kelangsungan struktur masyarakat, seperti peran sebagai ayah atau ibu.
2. Peranan yang dimainkan seseorang dapat pula digunakan untuk membantu
mereka yang tidak mampu dalam masyarakat. Tindakan individu tersebut memerlukan
pengorbanan, seperti peran dokter, perawat, pekerja sosial, dsb.
3. Peranan yang dimainkan
seseorang juga merupakan sarana aktualisasi diri, seperti seorang lelaki
sebagai suami/bapak, seorang wanita sebagai isteri/ ibu, seorang seniman dengan
karyanya.
D. Mobilitas
Sosial
Gerak
sosial (Mobilitas sosial) adalah perubahan, pergeseran, peningkatan, ataupun
penurunan status dan peran anggotanya. Mobilitas berasal dari bahasa latin
mobilis yang berarti mudah dipindahkan atau banyak bergerak dari satu tempat ke
tempat yang lain. Kata sosial yang ada pada istilah tersebut mengandung makna
gerak yang melibatkan seseorang atau sekelompok warga dalam kelompok sosial.
Jadi, mobilitas sosial adalah perpindahan posisi seseorang atau sekelompok
orang dari lapisan yang satu ke lapisan yang lain.
Ada
pun pengertian
mobilitas
social menurut para Ahli :
- Paul B. Horton,
mobilitas sosial adalah suatu gerak perpindahan dari satu kelas sosial ke kelas
sosial lainnya atau gerak pindah dari strata yang satu ke strata yang lainnya.
- Kimball Young dan
Raymond W. Mack, mobilitas sosial adalah suatu gerak dalam struktur sosial
yaitu pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial.
Struktur sosial mencakup sifat hubungan antara individu dalam kelompok dan
hubungan antara individu dengan kelompoknya.
Bentuk-bentuk mobilitas sosial
1.
Mobilitas vertikal
Mobilitas Vertikal merupakan perpindahan status sosial yang dialami
seseorang atau sekelompok orang pada lapisan sosial yang berbeda. Mobilitas
vertikal mempunyai dua bentuk yang utama :
Ø
Mobilitas vertical keatas (Sosial Climbing) Sosial climbing adalah mobilitas yang terjadi karena adanya peningkatan status atau kedudukan sesoorang.
Ø Mobilitas
vertikal ke bawah (Social sinking)
Sosial sinking merupakan proses penurunan status atau kedudukan seseorang.
Proses sosial sinking sering kali menimbulkan gejolak psikis bagi seseorang
karena ada perubahan pada hak dan kewajibannya.
2. Mobilitas horizontal
Mobilitas
Horizontal adalah perpindahan status sosial seseorang atau sekelompok orang dalam
lapisan sosial yang sama. Dengan kata lain mobilitas horisontal merupakan
peralihan individu atau obyek-obyek sosial lainnya dari suatu kelompok sosial
ke kelompok sosial lainnya yang sederajat. Ciri
utama mobilitas horizontal adalah tidak terjadi perubahan dalam derajat
kedudukan seseorang dalam mobilitas sosialnya. Contoh:
Pak Amir seorang warga negara Amerika Serikat, mengganti kewarganegaraannya
dengan kewarganegaraan Indonesia, dalam hal ini mobilitas sosial Pak Amir
disebut dengan Mobilitas sosial horizontal karena gerak sosial yang dilakukan
Pak Amir tidak merubah status sosialnya.
Mobilitas social horizontal
dibedakan dua bentuk :
Ø Mobilitas
social antar wilayah/ geografis gerak sosial ini adalah perpindahan individu
atau kelompok dari satu daerah ke daerah lain seperti transmigrasi, urbanisasi,
dan migrasi.
Ø Mobilitas
antargenerasi mobilitas antar generasi secara umum berarti mobilitas dua
generasi atau lebih, misalnya generasi ayah-ibu, generasi anak, generasi cucu,
dan seterusnya. Mobilitas ini ditandai dengan perkembangan taraf hidup, baik
naik atau turun dalam suatu generasi. Penekanannya bukan pada perkembangan
keturunan itu sendiri, melainkan pada perpindahan status sosial suatu generasi
ke generasi lainnya. Contoh: Pak Parjo adalah seorang tukang becak. Ia hanya
menamatkan pendidikannya hingga sekolah dasar, tetapi ia berhasil mendidik
anaknya menjadi seorang pengacara. Contoh ini menunjukkan telah terjadi mobilitas
vertikal antargenerasi.
a)
Hubungan Struktur Sosial dan Mobilitas Sosial
Mobilitas
sosial merupakan perpindahan status ataukedudukan dari satu lapisan ke lapisan
yanhg lain. Perpindahan tersebut terjadi dalam suatu struktur sosial yang berdimensi vertikal, artinya
mudah-tidak nya seseorang melakukan mobilitas sosial tergantung dari struktur sosial masyarakatnya.
1.
Mobilitas sosial dalam sistem stratifikasi sosial terbuka
Masyarakat
yang memiliki sistem stratifikasi sosial terbuka memberi kesempatan pada para
anggotanya untuk melakukan mobilitas sosial vertikal yang terjadi dapat berupa
sosial climbing ataupun sinking. Dalam sistem stratifikasi soaial yang terbuka
memungkinkan setiap anggota masyarakat bersikap aktif dan kreatif dalam
melakukan perubahan-perubahab untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Prinsip
umum mobilitas sosial dalam masyarakat yang menganut stratifikasi terbuka
adalah sebagai berikut:
·
Tidak ada satu pun
masyarakat yang mutlak tertutup terhadap mobilitas sosial vertikal
·
Seterbuka apapun suatu
masyarakat terhadap mobilitas sosial, terkadang tetap ada hambatan-hambatan.
·
Setiap masayarakat
pasti memiliki tipe mobilitas sosial vertikal sendiri, tidak ada tipe yang
berlaku umum bagi setiap masyarakat.
·
Laju mobilitas sosial
disebabkan oleh faktor ekonomi, politik, dan pekerjaan yang berbeda-beda.
·
Mobilitas sosial yang
disebabkan oleh faktor ekonomi, politik, dan pekerjaan, tidak menunjukkan
adanya kecenderungan yang kontinu tentang bertambah atau berkurang laju
mobilitas sosial.
2.
Mobilitas Sosial dalam Sistem Stratifikasi Sosial yang Tertutup
Pada masyarakat yang menganut sistem
stratifikasi sosial tertutup kemungkinan terjadinya mobilitas sosial vertikal
sangat kecil. Hal ini terjadi karena masyarakatnya lebih mengutamakan
nilai-nilai tradisional. Contohnya, masyarakat suku Badui Dalam. Mereka lebih
memilih menjaga nilai-nilai tradisional dan menolak adanya perubahan.
Secara umum, cara orang untuk dapat
melakukan mobilitas sosial ke atas adalah sebagai berikut .
·
Perubahan standar hidup
kenaikan penghasilan tidak menaikan status secara otomatis, melainkan akan
mereflesikan suatu standar hidup yang lebih tinggi. Ini akan mempengaruhi
peningkatan status. Contoh: Seorang pegawai rendahan, karena keberhasilan dan
prestasinya diberikan kenaikan pangkat menjadi Menejer, sehingga tingkat
pendapatannya naik. Status sosialnya di masyarakat tidak dapat dikatakan naik
apabila ia tidak merubah standar hidupnya, misalnya jika dia memutuskan untuk
tetap hidup sederhana seperti ketika ia menjadi pegawai rendahan.
·
Perkawinan untuk
meningkatkan status sosial yang lebih tinggi dapat dilakukan melalui
perkawinan. Contoh: Seseorang wanita yang berasal dari keluarga sangat
sederhana menikah dengan laki-laki dari keluarga kaya dan terpandang di
masyarakatnya. Perkawinan ini dapat menaikan status si wanita tersebut.
·
Perubahan tempat
tinggal untuk meningkatkan status sosial, seseorang dapat berpindah tempat
tinggal dari tempat tinggal yang lama ke tempat tinggal yang baru. Atau dengan
cara merekonstruksi tempat tinggalnya yang lama menjadi lebih megah, indah, dan
mewah. Secara otomatis, seseorang yang memiliki tempat tinggal mewah akan
disebut sebagai orang kaya oleh masyarakat, hal ini menunjukkan terjadinya
gerak sosial ke atas.
b)
Faktor Pendorong Mobilitas Sosial :
1. Faktor Struktural
Faktor
struktural adalah jumlah relatif dari kedudukan tinggi yang bisa dan harus
diisi serta kemudahan untuk memperolehnya. Adapun yang termasuk dalam cakupan
faktor struktural adalah sebagai berikut :
·
Struktur pekerjaan disetiap
masyarakat terdapat beberapa kedudukan tinggi dan rendah yang harus diisi oleh
anggota masyarakat yang bersangkutan.
·
Perbedaan fertilitas
setiap masyarakat memiliki tingkat ferilitas (kelahiran) yang berbeda-beda.
Tingkat fertilitas akan berhubungan erat dengan jumlah jenis pekerjaan yang
mempunyai kedudukan tinggi atau rendah.
·
Ekonomi ganda suatu
negara mungkin saja menerapkan sistem ekonomi ganda (tradisional dan modern),
contohnya di negara-negara Eropa barat dan Amerika. Hal itu tentu akan
berdampak pada jumlah pekerjaan, baik yang bersetatus tinggi naupun rendah.
2. Faktor Individu Faktor individu
adalah
kualitas seseorang, baik
ditinjau dari segi tingkat pendidikan, penampilan, maupun keterampilan pribadi.
Faktor Individu meliputi :
·
Perbedaan kemampauan. Setiap
individu memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Mereka yang cakap mempunyai
kesempatan dalam mobilitas sosial.
·
Orientasi sikap
terhadap mobilitas. Banyak cara yang di lakukan oleh para individu dalam
meningkatka prospek mobilitas sosialnya, antara lain melalui pedidikan,
kebiasaan kerja, penundaan kesenangan, dan memperbaiki diri.
·
Faktor kemujuran. Walaupun
seseorang telah berusaha keras dalam mencapai tujuannya, tetapi kadang kala
mengalami kegagalan.
3. Status Sosial
Setiap
manusia dilahirkan dalam status sosial yang dimiliki oleh orang tuanya, karena ketika
ia dilahirkan tidak ada satu manusia pun yang memiliki statusnya sendiri.
Apabila ia tidak puas dengan kedudukan yang diwariskan oleh orang tuanya, ia
dapat mencari kedudukannya sendiri dilapisan sosial yang lebih tinggi.
4.
Keadaan Ekonomi
Keadaan
ekonomi dapat menjadi pendorong terjadinya mobilitas sosial. Orang yang hidup
dalam keadaan ekonomi yang serba kekurangan, misalnya daerah tempat tinggal nya
tandus dan kekurangan SDA, kemudian berpindah tempat ke tempat yang lain atau
ke kota besar. Secara sosiologis mereka dikatakan mengalami mobilitas.
5. Situasi Politik
Situasi
Politik dapat menyebabkan terjadinya mobilitas sosial suatu masyarakat dalam
sebuah negara. Keadaan negara yang tidak menentu akan mempengaruhi situasi
keamanan yang bisa mengakibatkan terjadinya mobilitas manusia ke daerah yang
lebih aman.
6. Kependudukan (Demografi)
Faktor
kependudukan biasanya menyebabkan mobilitas dalam arti geografik. Di satu
pihak, pertambahan jumlah penduduk yang pesa mengakibatkan sempitnya tempat
permukiman, dan di pihak lain kemiskinan yang semakin merajalela.
7.
Perubahan kondisi sosial
Struktur
kasta dan kelas dapat berubah dengan sendirinya karena adanya perubahan dari
dalam dan dari luar masyarakat. Misalnya, kemajuan teknologi membuka
kemungkinan timbulnya mobilitas ke atas. Perubahan ideologi dapat menimbilkan
stratifikasi baru.
8. Komunikasi yang bebas
Situasi-situasi
yang membatasi komunikasi antar strata
yang beraneka ragam memperkokoh garis pembatas di antara strata yang ada dalam
pertukaran pengetahuan dan pengalaman di antara mereka dan akan mengahalangi
mobilitas sosial. Sebaliknya, pendidikan dan komunikasi yang bebas serta
efektif akan memudarkan semua batas garis dari strata sosial yang ada dan
merangsang mobilitas sekaligus menerobos rintangan yang menghadang.
9. Pembagian kerja
Besarnya
kemungkinan bagi terjadinya mobilitas dipengaruhi oleh tingkat pembagian kerja
yang ada. Jika tingkat pembagian kerja tinggi dan sangat dispeliasisasikan,
maka mobilitas akan menjadi lemah dan menyulitkan orang bergerak dari satu
strata ke strata yang lain karena spesialisasi pekerjaan nmenuntut keterampilan
khusus. Kondisi ini memacu anggota masyarakatnya untuk lebih kuat berusaha agar
dapat menempati status tersebut.
10. Kemudahan dalam akses pendidikan
Jika
pendidikan berkualitas mudah didapat, tentu mempermudah orang untuk melakukan
pergerakan/mobilitas dengan berbekal ilmu yang diperoleh saat menjadi peserta
didik. Sebaliknya, kesulitan dalam mengakses pendidikan yang bermutu,
menjadikan orang yang tak menjalani pendidikan yang bagus, kesulitan untuk
mengubah status, akibat dari kurangnya pengetahuan.
c) Faktor penghambat mobilitas sosial
Ada
beberapa faktor penting yang justru menghambat mobilitas sosial. Faktor-faktor
penghambat itu antara lain sebagai berikut :
1. Kemiskinan
Faktor ekonomi dapat membatasi mobilitas sosial. Bagi masyarakat miskin,
mencapai status sosial tertentu merupakan hal sangat sulit .
2. Diskriminasi
Kelas Sistem kelas terturup dapat menghalangi mobilitas ke atas, terbukti dengan
adanya pembatasan keanggotaan suatu orgnisasi tertentu dengan berbagai syarat
dan ketentuan. seperti yang terjadi di Afrika Selatan di masa lalu, dimana ras
berkulit putih berkuasa dan tidak memberi kesempatan kepada mereka yang
berkulit hitam untuk dapat duduk bersama-sama di pemerintahan sebagai penguasa.
3. Perbedaan
Ras dan Agama Dalam sistem kelas tertutup dapat memungkinkan terjadinya
mobilitas vertikal ke atas. Dalam agama tidak dibenarkan seseorang dengan
sebebas-bebasnya dan sekehendak hatinya berpindah-pindah agama sesuai
keinginannya.
4. Perbedaan
jenis kelamin (Gender) Dalam masyarakat, pria di pandang lebih tinggi
derajatnya dan cenderung menjadi lebih mobil daripada wanita. Perbedaan ini
mempengaruhi dalam mencapai prestasi, kekuasaan, status sosial, dan kesempatan-kesempatan
dalam masyarakat.
5. Faktor
Pengaruh Sosialisasi yang Sangat kuat Sosialisasi yang sangat atau terlampau
kuat dalam suatu masyarakat dapat menghambat proses mobilitas sosial. Terutama
berkaitan dengan nilai-nilai dan adat yang berlaku.
6. Perbedaan
Kepentingan Adanya perbedaan kepentingan antarindividu dalam sutu struktur
organisasi menyebabkan masing-masing individu saling bersaing untuk
memperebutkan sesuatu.
d) Dampak Mobilitas Sosial
Setiap mobilitas sosial
akan menimbul kan peluang terjadinya penyesuaian-penyesuaian atau sebaliknya akan menimbulkan konflik.
Menurut Horton dan Hunt
(1987), ada beberapa konsekuensi negatif dari adanya mobilitas sosial vertikal,
di antara nya:
· Adanya kecemasan akan
terjadi penurunan status bila terjadi mobilitas menurun.
· Timbulnya ketegangan
dalam mempelajari peran baru dari status jabatan yang meningkat.
· Keterangan hubungan
anatar anggota kelompok primer, yang semula karena seseorang berpindah ke
status yang lebih tinggi atau ke status yang lebih rendah.
Adapun dampak mobilitas sosial bagi
masyarakat, baik yang bersifat positif maupun negatif antara lain sebagai
berikut.
- Dampak
Positif :
1. Mendorong Seseorang
untuk lebih maju Terbukanya kesempatan untuk pindah dari strata ke strata yang
lain menimbulkan motivasi yang tinggi pada diri seseorang untuk maju dalam
berprestasi agar memperoleh status yang lebih tinggi.
2. Mempercepat Tingkat
Perubahan Sosial Masyarakat ke Arah yang Lebih Baik Mobilitas sosial akan lebih
mempercepat tingkat perubahan sosial masyarakat ke arah yang lebih baik.
Contoh: Indonesia yang sedang mengalami perubahan dari masyarakat agraris ke
masyarakat industri. Perubahan ini akan lebih cepat terjadi jika didukung oleh
sumber daya yang memiliki kualitas. Kondisi ini perlu didukung dengan
peningkatan dalam bidang pendidikan.
3. Meningkatkan Intergrasi
Sosial Terjadi nya mobilitas sosial dalam suatu masyarakat dapat meningkatkan
integrasi sosial.misalnya, ia akan menyesuaikan diri dengan gaya hidup,
nilai-nilai dan norma-norma yang di anut oleh kelompok orang dengan status
sosial yang baru sehingga tercipta intergrasi soaial.
- Dampak
Negatif
1.
Timbulnya Konflik
Konflik yang ditimbulkan oleh mobilitas sosial dapat dibedakan menjadi 3
bagian, yaitu sebagai berikut. :
1) Konflik
Antarkelas Dalam masyarakat terdapat
lapisan-lapisan. Kelompok dalam lapisan tersebut disebut kelas sosial. Apabila
terjadi perbedaan kepentingan antarkelas sosial, maka bisa memicu terjadinya
konflik antar kelas.
2) Konflik Antarkelompok sosial
Konflik yang menyangkut antara kelompok satu dengan kelompok yang lainnya.
Konflik ini dapat berupa: a. Konflik antara kelompok sosial yang masih
tradisional dengan kelompok sosial yang modern b. Proses suatu kelompok sosial
tertentu terhadap kelompok sosial yang lain yang memiliki wewenang .
3) Konflik
Antargenerasi Konflik yang terjadi karena adanya
benturan nilai dan kepentingan antara generasi yang satu dengan generasi yang
lain dalam mempertahankan nilai-nilai denga nilai-nilai baru yang ingin mengadakan
perubahan.
2. Berkurangnya
Solidaritas Kelompok Penyesuaian diri dengan nilai-nilai dan norma-norma yang
ada dalam kelas sosial yang baru merupakan langkah yang diambil oleh seseorang
yamg mengalami mobilitas, baik vertikal maupun horizontal. Hal ini dilakukan
agar mereka bisa diterima dalam kelas sosial yang baru dan mampu menjalankan
fungsi-fungsinya.
3.Timbulnya Gangguan
Psikologis Mobilitas sosial dapat pula mempengaruhi kondisi psikologis seseorang,
antara lain sebagai berikut :
· Menimbulkan
ketakutan dan kegelisahan pada seseorang yang mengalami mobilitas menurun.
·
Adanya
gangguan psikologis bila seseorang turun dari jabatannya.
Tag :
EDUKASI
0 Komentar untuk "Contoh Makalah Pelapisan sosial"